Gotroksawala dan Gotrasawala Berakhir, Ini Hasilnya

Gotroksawala dan Gotrasawala Berakhir, Ini Hasilnya

CIREBON - Bedah buku Perlawanan Politik dan Puitik Petani Tembakau di Temanggung karya Mohammad Sobary, menjadi pamungkas festival Gotroksawala, Minggu (14/8). Saat yang sama Gotrasawala yang digelar Dewan Kebudayaan Jawa Barat (DKJB) selama tiga hari sejak Jumat juga berakhir. Penghujung Gotroksawala, sejumlah pegiat sastra dan seniman yang terlibat setidaknya merumuskan empat rekomendasi. Pertama, harus adanya pelacakan dan pengkajian naskah-nasakah Wangsakerta. (Baca: Semarak Festival Gotroksawala Jadi Parodi Gotrasawala) Kedua, penting membangun museum naskah dan karya sastrawan/seniman Cirebon. Ketiga, harus ada penelitian dan penguatan bahasa Cirebon. Keempat, pentingnya pemberdayaan seniman-seniman tradisi. Keempat rekomendasi itu dinilai lebih urgen daripada Festival Gotrasawala yang hanya sekadar seremonial. Bahkan, cenderung menghambur-hamburkan dana miliaran. (Baca: Mau Tahu Dana Gotrasawala? Ini Penjelasan Disparbud Jabar) \"Dana miliaran lebih baik untuk persoalan-persoalan yang lebih urgen itu. Untuk eksekutornya, siapa pun, yang penting bertanggung jawab,\" tegas Fathan Mubarak, selaku koordinator Gotroksawala. Sehingga menurut Fathan, sangat beralasan jika Gotrasawala 2017 ditolak. Forum Gotroksawala juga menuntut pertanggungjawaban dan mendesak transparansi dana penyelenggaraan Gotrasawala 2016. (Baca: Ini Alasan Sejumlah Pegiat Sastra Tolak Gotrasawala) Terpisah, Supali Kasim selaku panitia lokal Gotrasawala saat dikonfirmasi mengenai hasil rekomendasi, mengatakan, tidak ada secara tersurat. Namun, hanya rekomendasi tersirat. Dia menyebutkan, rekomendasi itu di antaranya terkait peresepsi bersama bahwa Jawa Barat tidak monokultural. Melainkan, terdapat banyak wilayah yang itu semua kultur maupun bahasanya harus diakui. Terkait tuntutan pertanggungjawaban dan transparansi dana Gotrasawala 2016, Supali tidak banyak menjawab. \"Memang publik berhak menanyakan transparansi dana, tapi itu wewenangnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat. Bukan panitia lokal,\" kata Supali. (hsn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: